HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG BUKITTINGGI
PERIODE 2021/2022
PERIODE 2021/2022
SEPUTAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG BUKITTINGGI
PERIODE 2021/2022
ARYANDA PUTRA
KETUA UMUM HMI CABANG BUKITTINGGI
PERIODE 2021/2022
Sekapur Sirih, dari Ketua Umum HMI Cabang Bukittinggi
HMI adalah organisasi Mahasiswa Tertua dan terbesar di Indonesia saat ini yg masih bertahan semnjak pasca kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. HMI yang telah berkembang sejak 1947 dan dianggap sebagai salah satu organisasi kemahasiswaan yang turut andil menjaga iklim demokrasi pascareformasi 1998. Sejatinya, HMI merupakan sebuah wadah yang dapat dikatakan complete bukan hanya berperan sebagai organisasi perjuangan. Seperti yang tertuang dalam Anggaran Dasar HMI pada Bab IV pasal 8 tentang fungsi; HMI berfungsi sebagai organisasi kader. Tentu dengan amanah yang ada pada konstitusi HMI tersebut menjadikan HMI sebagai wadah pengembangan dan pencetak kader pemimpin dan intelektual bangsa masa depan. Sebagai organisasi kader tentu HMI memiliki misi yang diemban sebagai goals point. Dalam Anggaran Dasar HMI pada Bab III pasal 4 tentang Tujuan; Terbina nya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di-ridhoi Allah Subhanahu wata’ala. Inilah yang menjadi cita-cita HMI menghadirkan generasi, menelorkan generasi emas yang memiliki lima kualitas insan cita, yaitu insan akademis, insan pencipta, insan pengabdi, insan islami dan insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT . Kader yang memiliki lima kualitas insan cita itu akan menjadi kader yang ideal, yaitu Muslim intelektual profesional.
Beriman Berilmu dan Beramal
Yakin Usaha Sampai
Billahitaufiq wal hidayah.
ARYANDA PUTRA
(Ketua Umum HMI Bukittinggi)
Alumni HMI adalah anggota HMI yang telah habis atau selesai masa anggotanya.
Nurcholish Madjid / Cak Nur (Tokoh Bangsa)
Jusuf Kalla, (Wakil Presiden RI)
Azyumardi Azra (Mantan Rektor UIN Jakarta)
Komaruddin Hidayat (Mantan Rektor UIN Jakarta)
Alm. Iqbal Abdu Rauf Saimima (Majalah PanjiMas)
Yudi Latif (Intelektual)
Amin Abdullah (Mantan Rektor UIN Jogja)
Kuntowijoyo (alm) (sejarawan UGM)
Taufik Ismail (Budayawan)
Sulastomo
Hamzah Haz (Wapres RI 2001-2004)
Akbar Tanjung (Mantan Ketua DPR RI)
Amien Rais (Mantan Ketua MPR RI)
A. M. Fatwa (DPD RI)
Fahmi Idris (Mantan Menteri Perindutrian)
Mar'ie Muhammad (Mantan Menteri Keuangan)
Mahfud MD, (Mantan Ketua MK)
Teguh Juwarno,
Abraham Samad & Abdullah Hehamahua & Busyro Muqqodas, Bambang Widjoyanto, Adnan Pandu Praja, Chandra M Hamzah (KPK),
Harry Azhar Azis (Ketua BPK),
Ade Komarudin (Ketua DPR RI 2016-2019)
Zulkifli Hasan (Mantan Menteri Kehutanan dan Ketua MPR 2014-2019)
Bagir Manan (Mantan Ketua MA)
Anwar Nasution (mantan Gubernur BI),
Syafii Maarif (Mantan ketua Muhammadiyah),
Ridwan Saidi (budayawan)
Adhiyaksa Daud
Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR RI 2004-2009)
Didin Hafinuddin,
Musni Umar (Pengamat Sosial Politik)
Jimly Ashiddiqie (Mantan Ketua MK)
Hamdan Zoelva (Mantan Ketua MK)
Artijo Alkostar (MA)
Irman Gusman (ketua DPD RI 2009-2014, 2014-2019)
Rina Valinka, Ferry Rizkia, Sigit Pamungkas, Husni Kamil Manik (KPU RI)
Muhammad (Bawaslu RI)
Yuddi Chrisnandi (Menpan RB 2014-2019)
Ferry Mursyidan Baldan (Menteri Agraria dan Tata Ruang RI 2014-2016)
Amran Sulaiman (Menteri Pertanian 2014-2019)
M. Nasir (Menteri Ristek dikti 2014-2019)
Rudiantara (Menkominfo 2014-2019)
Andrinof Chaniago (Mantan kepala BAPPENAS)
Sofyan Djalil (Menko Perekonomian)
Siti Nurbaya (Menteri LH 2014-2019)
M.S Kaban (Menteri Kehutanan 2004-2009)
Saleh Husin (Menteri Perindustrian 2014-2019)
Muhammad Nuh (Mendikbud 2009-2014)
Bambang Sudibyo (Mendikbud 2004-2009)
A Malik Fajar (Mendikbud 2001-2004)
Hatta Rajasa (Menko Perekonomian 2009-2014)
Bursah Zarnubi (Mantan Ketua Umum PBR)
Ryas Rasyid (Menteri Negara Otonomi Daerah 1999-2000)
dr.Taruna Ikrar (Ilmuwan di USA/Pakar Otak)
Dedi Mulyadi (Bupati Purwakarta)
Sigit Pamungkas Komisioner KPU RI 2012-2017
Muhammad Hafiz (Pengusaha Pempek Raihan Palembang)
Alumni HMI dari PDIP:
Erwin Muslimin Singajuru (Sumatra Selatan II),
Henri Yosodiningrat (Lampung II),
Jalaluddin Rakhmat (Jawa Barat II),
Mohamad Prakosa (Jawa Tengah IX),
Idham Samawi (Daerah Istimewa Yogyakarta),
Hamka Haq (Jawa Timur II),
Nasyirul Falah Amru (Jawa Timur X),
Pramono Anung Wibowo(Jawa Timur VI)
Nurmansyah E Tanjung (Jawa Barat V)
Alumni HMI dari Partai Golkar:
Rambe Kamaruzzaman (Sumatra Utara II),
Kahar Muzakir (Sumatra Selatan I),
Azhar Romli (Bangka Belitung),
Deding Ishaq (Jawa Barat III),
Eka Sastra (Jawa Barat III),
Ichsan Firdaus (Jawa Barat V),
Ade Komarudin (Jawa Barat VII),
Agun Gunanjar Sudarsa (Jawa Barat X),
Ahmad Zacky Siradj (Jawa Barat XI),
Endang Maria Astuti (Jawa Tengah IV),
Iqbal Wibisono (Jawa Tengah VI),
Bambang Soesatyo (Jawa Tengah VII),
Ridwan Hisjam (Jawa Timur V),
Sarmuji (Jawa Timur VI),
Zainudin Amali (Jawa Timur XI),
Zulfikar Arse Sadikin (Jawa Timur III),
Yayat Y. Biaro (Banten II),
Aditya Anugerah Moha (Sulawesi Utara),
Mohammad Said (Sulawesi Tengah),
Syamsul Bachri (Sulawesi Selatan II),
Andi Fauziah Pujiwatie (Sulawesi Selatan III)
Saiful Bahri Ruray (Maluku Utara).
Fadel Muhammad (Gorontalo)
Zulfadhli (Kalimantan Barat)
Sukiman (Kalimantan Barat)
Alumni HMI dari Partai HANURA:
Fauzih Amro (Sumatra Selatan I),
M. Farid Alfauzi (Jawa Timur XI)
Syarifuddin Suding (Sulawesi Tengah)
Saleh Husin (NTT II)
Alumni HMI dari PAN:
Alim Abdullah (Lampung II),
Teguh Juwarno (Jawa Tengah IX),
Totok Daryanto (Jawa Timur V),
Viva Yoga Mauladi (Jawa Timur X)
M. Yamin Tawary (Maluku Utara)
Zulkifli Hasan (Lampung I)
Alumni HMI dari NASDEM:
Zulvan Lindan (Nangroe Aceh Darussalam II)
Taufiqulhadi (Jawa Timur IV)
Akbar Faizal (Sulawesi Selatan II)
Ahmad M. Ali (Sulawesi Tengah)
Alumni HMI dari Demokrat:
Saan Mustopa (Jawa Barat VII)
Nurhayati Ali Assegaf (Jawa Timur V)
Wahidin Halim (Banten III)
Syariefuddin Hasan (Jawa Barat III)
Alumni HMI dari PKB:
Handayani (Jambi)
Alumni HMI dari PPP:
Irgan Chairul Mahfiz (Banten III)
Mohammad Arwani Thomafi (Jawa Tengah III)
Reni Marlinawati (Jawa Barat IV)
Arsul Sani (Jawa Tengah X)
Alumni HMI dari Gerindra:
Desmond Junaidi Mahesa (Banten II)
Darori (Jawa Tengah VII)
Supratman Andi Agtas (Sulawesi Tengah)
Alumni HMI dari PKS:
Tamsil Linrung (Sulawesi Selatan I)
Hermanto (Sumatra Barat I)
Hidayat Nur Wahid (DKI Jakarta II)
Soemandjaja (Jawa Barat V)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi mahasiswa yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia).
Sebelum lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam, terlebih dulu berdiri organisasi kemahasiswaan bernama Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada tahun 1946 yang beranggotakan mahasiswa dari tiga Perguruan Tinggi di Yogyakarta, yaitu Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada yang pada waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra. Oleh karena PMY dirasa tidak memperhatikan kepentingan para mahasiswa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam. Tidak tersalurnya aspirasi keagamaan merupakan alasan kuat bagi para mahasiswa Islam untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan yang berdiri dan terpisah dari PMY.
Pada tahun 1946, suasana politik di Indonesia khususnya di Ibu kota Yogyakarta mengalami polarisasi antara pihak Pemerintah yang dipelopori oleh Partai Sosialis pimpinan Syahrir - Amir Syarifuddin dan pihak oposisi yang dipelopori oleh Masyumi pimpinan Soekiman - Wali Al-Fatah, PNI pimpinan Ki Sarmidi Mangunsarkoro - Suyono Hadinoto, serta Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka. Polarisasi ini bermula pada dua pendirian yang saling bertolak belakang. Pihak Partai Sosialis (Pemerintah) menitikberatkan perjuangan memperoleh pengakuan Indonesia kepada perjuangan berdiplomasi sementara pihak oposisi berpegang pada perjuangan bersenjata melawan Belanda.
Polarisasi ini membawa mahasiswa yang juga sebagian besar dari mereka adalah pengurus PMY berorientasi kepada Partai Sosialis. Melalui merekalah Partai Sosialis mencoba mendominasi PMY. Namun mahasiswa yang masih memiliki idealisme tidak dapat membiarkan usaha Partai Sosialis hendak mendominasi PMY. Dengan suasana yang sangat kritis dikarenakan Belanda semakin memperkuatkan diri dengan terus-menerus mendatangkan bala bantuan dengan persenjataan modern disertai dengan peristiwa Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947 Dengan situasi yang demikian para mahasiswa yang berideologi murni tetap bersatu menghadapi Belanda, mencegak setidak-tidaknya mengurangi efek-efek dari polarisasi politik yang sangat melemahkan potensi Indonesia menghadapi Belanda. Karenanya mereka menolah keras akan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap mahasiswa yang dinilai akan mengakibatkan dunia mahasiswa terlibat dalam polarisasi politik.
Berbagai hal ini yang mendorong beberapa orang mahasiswa untuk mendirikan organisasi baru. Meskipun sebenarnya jauh sebelum adanya keinginan untuk mendirikan organisasi baru sudah ada cita-cita akan itu, tetapi selalu ditunda dan dianggap belum tepat. Namun melihat dari berbagai kondisi yang ada dirasa cita-cita yang sudah lama diharapkan itu perlu diwujudkan karena bila membiarkan PMY lebih lama didominasi oleh Partai Sosialis adalah hal yang tidak tepat. Penolakan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap PMY tidak hanya datang dari kalangan mahasiswa Islam, melainkan juga mahasiswa kristen, mahasiswa katolik, serta berbagai mahasiswa yang masih menjunjung teguh ideologi keagamaan.[1][2][3][4][5][6][7][8][9][10][11]
HMI diprakarsai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa tingkat I (semester I) Fakultas Hukum Sekolah Tinggi Islam (sekarang Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH-UII). Ia mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk organisasi mahasiswa bernapaskan Islam dan setelah mendapatkan cukup dukungan, pada bulan November 1946, ia mengundang para mahasiswa Islam yang berada di Yogyakarta baik di Sekolah Tinggi Islam, Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dan Sekolah Teknik Tinggi, untuk menghadiri rapat, guna membicarakan maksud tersebut. Rapat-rapat ini dihadiri kurang lebih 30 orang mahasiswa yang di antaranya adalah anggota Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Rapat-rapat yang digelar tidak menghasilkan kesepakatan. Namun Lafran Pane mengambil jalan keluar dengan mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir oleh Husein Yahya. Pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 Rabiulawal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Jalan Setyodiningratan 30 (sekarang Jalan Senopati) Yogyakarta, masuklah Lafran Pane yang langsung berdiri di depan kelas dan memimpin rapat yang dalam prakatanya mengatakan "Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan yang diperlukan sudah beres".
Kemudian ia meminta agar Husein Yahya memberikan sambutan, tetapi dia menolak dikarenakan kurang memahami apa yang disampaikan sehubungan dengan tujuan rapat tersebut.
Pernyataan yang dilontarkan oleh Lafran Pane dalam rapat tersebut adalah sebagai berikut:
Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam yang anggaran dasarnya telah dipersiapkan.
Rapat ini bukan lagi mempersoalkan perlu atau tidaknya ataupun setuju atau menolaknya untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam.
Di antara rekan-rekan boleh menyatakan setuju dan boleh tidak. Meskipun demikian apapun bentuk penolakan tersebut, tidak menggentarkan untuk tetap berdirinya organisasi Mahasiswa Islam ketika itu, dikarenakan persiapan yang sudah matang.
Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan penjelasan, rapat pada hari itu dapat berjalan dengan lancar dan semua peserta rapat menyatakan sepakat dan berketetapan hati untuk mengambil keputusan:
Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947, menetapkan berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI yang bertujuan:
Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia
Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam
Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam. Adapun Anggaran Rumah Tangga akan dibuat kemudian.
Membentuk Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam.
Adapun peserta rapat yang berhadir adalah Lafran Pane, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan), Suwali, Yusdi Ghozali; tokoh utama pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII), Mansyur, Siti Zainah (istri Dahlan Husein), Muhammad Anwar, Hasan Basri, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi dan Bidron Hadi.
Selain itu keputusan rapat tersebut memutuskan kepengurusan Himpunan Mahasiswa Islam sebagai berikut:
Ketua
Wakil Ketua
Penulis I
Anton Timoer Djailani, salah satu pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
Penulis II
Bendahara I
Bendahara II
Anggota
Yusdi Gozali, pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
Pada saat terjadi pembantaian massal anti-komunis yang dimulai pasca-G30S mahasiswa anggota HMI dilibatkan pihak universitas dalam proses skrining dan pembersihan kampus untuk menunjuk siapa pengajar atau mahasiswa yang dianggap komunis, anggota PKI, atau aktif dalam organisasi mahasiswa kiri seperti CGMI. Mereka yang tidak lolos proses skrining ini dipecat, sebagian menjadi tahanan politik, hilang, atau dibunuh.[12] Beberapa anggota HMI dilatih oleh RPKAD untuk membunuh.[13]
HMI adalah organisasi kader tertua di Indonesia. Didirikan di Yogyakarta pada 1947, Dua
tahun setelah Indonesia merdeka. Sebagai organisasi perkaderan, HMI memiliki jenjang perkaderan yang dapat ditempuh oleh calon kader dan kader HMI.
Ada dua jenis jenjang perkaderan dalam HMI, yaitu formal dan informal. Kali ini kita sedikit
membahas jenjang formal. Dalam jenjang formal, ada 3 pembagian pelatihan yang dibagi berdasarkan tujuannya sebagai berikut
Dalam organisasi besar dan tertua ini dikenal dengan sebutan Masa Perkenalan Calon Anggota (Maperca), Maperca adalah memperkenalkan sekilas tentang HMI yang nantinya akan dilanjut
dengan Basic Traning atau Latihan Kader satu (LK 1) ,dimana dalam menjadi
anggota harus melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1. LK 1 di HMI?
Latihan kader satu (BasicTraning) merupakan pelatihan tingkat pertama pada organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pelatihan ini merupakan gerbang awal untuk menjadi anggota atau kader HMI.
Syarat utama mengikuti LK 1 adalah islam dan terdaftar sebagai mahasiswa. Siapapun orangnya, jika dia beragama Islam dan terdaftar sebagai mahasiswa di suatu Perguruan Tinggi dapat
menjadi kader HMI dengan cara mengikuti LK 1 ini. Mahasiswa yang selesai mengikuti LK 1 baru dikatakan layak menjadi anggota atau kader HMI.
Enam bulan selanjutnya kader tersebut bisa mengikuti jenjang berikutnya yang disebut dengan LK II atau (Intermediate Training).
Tujuan LK 1 berdasarkan Hasil Kongres ke 30 yaitu “terbinanya kepribadian muslim
yang berkualitas akademis, sadar akan fungsi dan peranannya dalam berorganisasi
serta hak dan kewajibannya sebagai kader umat dan kader bangsa”.
2. LK II di HMI?
ketika seorang kader HMI telah berproses di HMI selama 6 bulan (terhitung setelah selesai LK 1) maka kader
tersebut dapat mengikuti forum lanjutan dalam jenjang perkaderan HMI yaitu Latihan Kader Dua (LK II)
Latihan Kader Dua merupakan pelatihan kader HMI tingkat nasional yang diselenggarakan oleh HMI Cabang ataupun bisa juga dilaksanakan oleh Korkom (Koordinator Komisariat) dengan izin dari cabang asal.
Berbeda dengan LK 1, sebelum terdaftar sebagai peserta LK II ada seleksi karya tulis yang mesti dilewati, karya tulis dalam LK II biasanya berupa makalah atau beberapa cabang yang lain memilih jurnal sebagai pra syarat LK II. Jadi peserta LK II sudah merupakan kader terpilih dari setiap cabang yang diseleksi melalui karya
tulis yang dibuatnya.
LK II juga dijadikan syarat kepada kader Komisariat untuk menjadi pengurus Cabang
Tujuan LK II, “terbinanya kader HMI yang mempunyai kemampuan intelektual untuk memetakan peradaban dan memformulasikan gagasan dalam lingkup organisasi”.
3. LK III di HMI?
Tidak berhenti sampai di LK II forum lanjutan tingkat nasional selanjutnya adalah Latihan Kader Tiga
(LK III). LK III merupakan training formal tertinggi dalam jenjang pendidikan kader HMI. Jika kamu benar-benar berniat untuk menuntaskan jenjang perkaderan, maka susun strategi yang baik agar pada masa menjadi mahasiswa tentunya mampu mencapai titik latihan kader 3 ini. Tentunya, kita juga perlu memperkuat mental karena setiap naik jenjang perkaderan yang lebih tinggi tantangan yang dihadapi semakin bertambah.
LK III adalah salah satu syarat menjadi pengurus Badan koordinasi (BADKO HMI) dan Pengurus Besar (PB HMI)
Tujuan LK 3,”terbinanya kader pemimpin yang mampu menterjemahkan dan mentransformulasikan pemikiran konsepsional secara professional dalam gerak perubahan sosial”.
Lembaga Pengembangan Profesi adalah lembaga pengkaderan untuk pengembangan profesi di lingkungan HMI. Lembaga Pengembangan Profesi terdiri dari:
Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI), pencetus terbentuknya Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI).
salah satu produk yang punan
Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Mahasiswa Islam (LKBHMI)
Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
Lembaga Pariwisata dan Pecinta Alam Mahasiswa Islam (LEPPAMI)
Dalam Perkembangannya Himpunan Mahasiswa Islam kemudian terpecah menjadi dua karena upaya Orde Baru dalam meletakkan asas tunggal pancasila, yang merapat pada kekuasaan Orde Baru disebut HMI Dipo dan yang tetap sesuai asas Islam adalah HMI MPO, tetapi keduanya tetap menyebut sebagai HMI dalam dokumen organisasi